Peran seorang Ayah

Tidak hanya ibu, peran ayah dalam mendidik anak pun amat besar. Menurut Dra. Henny E. Wirawan, M.Hum., Psi, seorang ayah bisa menjadi role model atau model peran. Misalnya, mengajarkan bagaimana menjadi orang yang tekun dalam bekerja. Ayah juga berperan sebagai pemberi dana keluarga sekaligus menjadi pengamat dari sudut pandangnya sebagai ayah.
Apa saja yang bisa dilakukan seorang ayah dalam mendukung pendidikan saat si anak mulai sekolah? 
1. Menemani belajar
Jika biasanya ayah membaca koran sendiri, sekarang membacalah bersama si kecil yang sedang belajar. Keberadaan ayah sudah mendorong anak untuk lebih serius belajar. Jika perlu bertanya, ada ayah. Agar proses belajar anak menyenangkan, hindari cara memaksa, memarahi atau main pukul.


2. Memberi contoh
Saat menemani anak belajar, sebaiknya ayah membaca buku dan koran. Intinya, menunjukkan bahwa membaca itu merupakan suatu hal yang menyenangkan.
3. Memantau jam belajar
Hal ini dilakukan agar anak tahu bahwa dia punya jam belajar, dan belajar sesuai jam yang ditentukan. Saran Henny, buat kontrak belajar antara ayah dan anak supaya anak lebih serius dalam belajar.
4. Menghibur dan Mendampingi
Seorang ayah memiliki peran yang besar untuk menghibur dan mendampingi si kecil ketika mengalami kegagalan, bukan malah menghukumnya.
5. Memantau kegiatan belajar
Meski sibuk, Henny menyarankan agar sang ayah tetap memantau kegiatan belajar anak. Caranya, dengan pesan singkat atau telepon. Lontarkan pertanyaan, "Ada tugas apa hari ini? Kamu kerjain dulu PR-nya, nanti Papa yang periksa."
6. Tidak menuntut banyak
Kalau memang si kecil tidak seminat dengan ayahnya, jangan dipaksa untuk satu minat. "Tugas orangtua cuma memfasilitasi dengan les sesuai minat anak."
7. Antar jemput
Sebelum bekerja, ayah bisa meluangkan waktu mengantar anak ke sekolah. Dalam perjalanan, ajak anak untuk cerita bagaimana kejadian di sekolah. Kalau ada waktu, jemput anak pulang.

Hindari main pukul

Dalam proses belajar, Henny berpesan, jangan jadikan memukul sebagai senjata utama dalam mendidik anak. "Gunakan kalau sudah pamungkas. Selebihnya, lakukan upaya mengubah perilaku anak menjadi lebih baik karena kesadaran bukan karena ketakutan."

Single Parent

Bagi orang Indonesia, banyak ayah pengganti seperti paman dan kakek. Orangtua tunggal tak perlu khawatir anaknya tak berkembang secara normal. Carilah tokoh pengganti yang bisa dicontoh anak, baik di lingkungan keluarga, sosial maupun agama.

Ayah penentu kualitas anak

Ayah merupakan model bagi anak-anaknya. Meniru perilaku baik ayah, itu yang dimaui. Namun, hati-hati si kecil bisa pula meng- copy perilaku sebaliknya. Tak sedikit ayah menyadari apa yang mereka lakukan tidak ingin ditiru anak. Para ayah juga tidak yakin apa yang seharusnya mereka lakukan. Misalnya saja, sepanjang hari Minggu ayah hanya bermain games di komputer , bermalas-malasan dan tak peduli kran kamar mandi bocor.

Sikap ayah, direkam anak

Ayah tahu ini tidak baik dan, tentu saja, ayah tak ingin anak-anaknya kelak juga berperilaku demikian. Tetapi, apa tidak boleh bermalas-malasan di hari Minggu. Apa pun jenis kelamin anak, ayah merupakan model. Sikap ayah terhadap rumah, keluarga dan orang lain, terekam dengan baik dalam memori anak.
Dibanding anak perempuan, anak laki-laki lebih senang meng- copy perilaku ayah. Ayah yang bermalas-malasan, memberi jejak pada anak laki-laki untuk juga bersikap demikian. Pada anak perempuan, akan muncul pemahaman negatif tentang laki-laki. Dia akan berkesimpulan, memang begitulah sifat laki-laki!

Mulailah jadi ayah oke

Menjadi ayah merupakan proses panjang, yang diawali sejak masa kanak-kanak. Ayah yang santun, yang menghargai istri dan anak-anak, yang peduli urusan rumah, yang sadar perilakunya menjadi teladan bagi anak, tidak terbentuk begitu saja ketika ia sudah jadi ayah. Benih perilaku ini sudah ada dalam dirinya sejak kecil.
Tapi, bukan berarti, tak ada harapan bagi para ayah yang ingin menjadi ayah yang lebih baik. Ada cara yang bisa Anda jalankan. Syaratnya, Anda tulus melakukannya.
* Perlakukan ibunya anak-anak dengan baik.
Menjaga keutuhan perkawinan, mendengarkan pendapat istri dan menanggapi kebutuhannya merupakan manifestasi dari perlakuan baik terhadap ibunya anak-anak. Anak mengamati, dan kemudian membentuk perilaku dan pola pikir tentang menghargai pasangan.
* Peka kondisi rumah.
Perhatikan hal-hal kecil di rumah. Misalnya, jangan cuek bila lampu taman dalam beberapa hari ini kedip-kedip. Tak perlu menunggu sampai istri dan anak-anak mengingatkan, “Yah…, lampu taman perlu diganti, tuh. Udah dua hari kedip-kedip.” Eh… sudah diingatkan masih juga Anda cuek . Jelek sekali ayah yang demikian!
* Luangkan waktu bersama anak.
Cara ayah menggunakan waktu luangnya memberi pemahaman pada anak tentang hal penting dalam hidup ayah. Bila ayah menggunakan waktu luangnya bersama anak, si kecil paham ia penting dalam kehidupan ayah. Bila ayah asyik bermain sendiri, anak menafsirkan, ayah mementingkan dirinya sendiri.
* Bicara pada anak.
Biasanya ayah hanya mau bicara pada anak bila anak melakukan kesalahan. Mulailah ngobrol dengan anak sejak masih kecil. Dengarkan ide serta masalahnya.
* Jadilah guru bagi anak.
Ajarkan anak-anak hal baik dan buruk. Dengan demikian, mereka akan membuat keputusan yang baik untuk dirinya.
* Disiplinkan anak dengan cinta.
Anak butuh bimbingan dan teladan, bukan ‘cuma’ hukuman. Tunjukkan tentang dampaknya bila anak tidak disiplin, tetapi tidak dengan menghukumnya.
* Sediakan waktu untuk makan bersama .
Makan malam bersama, misalnya, dapat Anda jadikan kesempatan untuk mendengarkan hal-hal yang dilakukan anak sepanjang hari.
* Tunjukkan perasaan pada anak.
Anak-anak butuh rasa aman dengan cara mengetahui bahwa mereka dibutuhkan dan dicintai ayahnya. Mereka juga butuh dipeluk ayah. Tunjukkan perasaan Anda agar anak-anak yakin Anda mencintainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar