Kitab Kamasutra Bugis (Assikalabineng)


Assikalabineng adalah sebuah lontara peninggalan Masyarakat Bugis Klasik yang membahas bagaimana cara bersetubuh atau SEKS ala Masyarakat Bugis. Lontara Tassawupe Allaibainengengeng merupakan peninggalan leluhur Masyarakat bugis yang sudah terpengaruh oleh Agama Islam. Lontara Tassawupe Allaibainengengeng juga banyak di terapkan oleh Raja-Raja Bugis terdahulu.
Kalau kita menyebutkan Kisah KAMASUTRA mungkin semua para pria sudah tahu. Kisah Kamasutra ini berasal dari Negara India dan ternyata Kebudayaan Nusantara kita juga mempunyai Tassawupe Allaibainengengeng yang mungkin lebih detail dari Kamasutra. Kamasutra, yang ditulis Vatsyayana, hanya membahas seks dari segi aktivitas fisik, emosi, karakter, dan perasaan pasangan, serta aturan-aturan lainnya, dan ia tidak sampai pada pembahasan adanya hubungan keterlibatan Tuhan dalam setiap hubungan seksual yang dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan Assikalibeneang jauh lebih detail, kompleks, real pembacaannya ketimbang Kamasutra.
Assikalaibineng secara harfiah berarti cara berhubungan suami istri. Akar kata serupa juga dipakai masyarakat petani sawah di awal masa tanam. Karena padi dan sawah diibaratkan istri, maka suamilah yang diberi otoritas untuk menggarap dan menanam.
Penulis menggunakan istilah tasawupe' allaibinengengnge untuk menjelaskan kedudukan persetubuhan yang lebih dulu disahkan dengan akad nikah dan penegasan kedudukan manusia yang berbeda dengan binatang saat melakukan persetubuhan.
Berbeda dengan Kama Sutra yang lebih mengedepankan pada teknik belaka, Assikalabineng lebih dari hal itu. Pengetahuan tentang organ genital dan alat reproduksi, filosofi seks, teknik penetrasi, sentuhan bagian sensitif, penentuan jenis kelamin, pengendalian kehamilan, serta waktu baik untuk berhubungan intim, juga terangkum di dalamnya. Tak hanya itu, juga terdapat pengetahuan cara membuat tubuh istri tetap seksi dan berwajah cerah dengan menggunakan medium seks.
Lalu yang tak kalah menakjubkan dari kitab ini yakni betapa orang Bugis, terutama yang menguasai kitab ini, memahami dengan benar jenis-jenis organ genital wanita. Cara mengungkapkannya pun sangat simbolik dengan mengasosiasikannya dengan bunga yang cenderung mekar. Pada jenis tertentu ada yang disebut dengan bunga melati atau bunga sibollo. Anda bisa membaca Assikalaibineng, bukunya sudah banyak dijual di toko buku Gramedia di MaRI atau Mal Panakkukang, Makassar. Atau bisa lagsung datang ke penerbit Ininnawa, makassar di Jl hertasning. Untuk kelanjutannya silahkan download disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar